Hari, adalah suatu
hal yang selalu ditakuti, dia selalu menjadi bahan tebakkan orang-orang yang
mencoba menebak apa yang akan disajikan hari. Hari itu sesuatu yang istimewa.
Tak pernah ada yang tahu ada apa dibalik menit yang akan dia sajikan. Mungkin
orang bisa mengkonsep suatu acara. Tapi dia tak akan pernah tahu apa yang akan
terjadi pada salah seorang peserta satu detikpun, hanya memprediksi, sesuai
kebiasaan.
Hari ini pun
demikian, waktu yang selalu aku tunggu adalah berbincang dengan dosen di depan
kelas dengan lesehan. Dan siang hari tadi semua itu waktu menyajikannya di sore
yang segera membawa tandu senja.
Permasalahan
perempuan selalu menjadi kajian yang rumit dan menyenangkan. Kadangkala diskusi
di depan kelas, tanpa satupun buku referensi dan hanya menjawab secara
spekulatif berdasarkan ilham dari ketidak mampuan menjawab, yang akhirnya
menjawab dengan asal-asalan membuat rasa penasaran semakin mecuat. Hari ini
mendapat jawaban dari sebuah diskusi kecil di depan kelas bersama dosen
tercinta ibu Yeni Huriyani.
Saya tak bisa lebih
panjang menceritakan dan hanya mendapat satu hal yang menarik dari
pembahasannya tentang gender ketika salah satu teman saya bertanya tentang
pengertian ayat "nissaaukum hartsu
lakum" yang artinya adalah istrimu adalah kebunmu.
Kalau dilihat secara
sekilas tanpa berfikir lebih dalam, ini akan menimbulkan suatu pengertian bahwa
wanita hanyalah objek dari suatu pelampiasan laki-laki. Dan menjadikan wanita
memiliki derajat yang lebih rendah dari pria.
"Daerah arab
adalah daerah yang sama sekali tidak ada tumbuhan, sekalipun ada mungkin hanya
kebun kaktus atau anggur. Nah jika disana ada sebuah kebun adalah suatu
kebanggan sendiri, karena kebun di arab adalah sesuatu hal yang istimewa dan
dibanggakan. Sehingga ini bisa dijadikan suatu analogi untuk suami dan istri.
Ketika al quran mengatakan wanitamu adalah kebunmu maka secara tidak langsung
al-quran menurunkannya sebagai suatu bentuk memberi suatu derajat yang tinggi
dari laki-laki", ujar bu Yeni sore itu.
Bukan saja gender
yang menarik untuk diamati hari ini, tapi tema diskusi di SUAKA mengenai
masalah semiotika juga diluar dugaan. Semiotika secara singkat adalah ilmu
tentang tanda. A Ozan memberikan gambaran sederhana tentang semiotika pada
sebuah bunga kamboja atau bisa juga bunga mawar. Dalam hal ini bunga kamboja
adalah lambang suatu kematian atau segala sesuatu yang mengerikan. Dan yang
kedua bunga mawar adalah bunga yang menandakan suatu cinta kasih.
Dari gambaran diatas
kita bisa mengaplikasikannya dalam sebuah puisi. Puisi ada yang bersifat tidak
lugas, yang artinya banyak hal yang tersirat didalamnya. Kalau ada puisi yang tidak lugas bisa
dirtikan disini ada sebuah puisi yang lugas, kata a Ozan puisi yang lugas
adalah puisi-puisi yang disajikan oleh mereka yang pengungkapannya apa adanya,
dan secara tersurat. Sehingga orang akan lebih mudah memahami maksud dari puisi
tersebut.
Jadi bagaimana kelanjutan dari nisaukum..... :) terputus oleh kesenangan lain dari gender, semiotika.
BalasHapus