feminisme semiotika

  • 1

Hari, adalah suatu hal yang selalu ditakuti, dia selalu menjadi bahan tebakkan orang-orang yang mencoba menebak apa yang akan disajikan hari. Hari itu sesuatu yang istimewa. Tak pernah ada yang tahu ada apa dibalik menit yang akan dia sajikan. Mungkin orang bisa mengkonsep suatu acara. Tapi dia tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada salah seorang peserta satu detikpun, hanya memprediksi, sesuai kebiasaan.
Hari ini pun demikian, waktu yang selalu aku tunggu adalah berbincang dengan dosen di depan kelas dengan lesehan. Dan siang hari tadi semua itu waktu menyajikannya di sore yang segera membawa tandu senja.
Permasalahan perempuan selalu menjadi kajian yang rumit dan menyenangkan. Kadangkala diskusi di depan kelas, tanpa satupun buku referensi dan hanya menjawab secara spekulatif berdasarkan ilham dari ketidak mampuan menjawab, yang akhirnya menjawab dengan asal-asalan membuat rasa penasaran semakin mecuat. Hari ini mendapat jawaban dari sebuah diskusi kecil di depan kelas bersama dosen tercinta ibu Yeni Huriyani.
Saya tak bisa lebih panjang menceritakan dan hanya mendapat satu hal yang menarik dari pembahasannya tentang gender ketika salah satu teman saya bertanya tentang pengertian ayat "nissaaukum hartsu lakum" yang artinya adalah istrimu adalah kebunmu.
Kalau dilihat secara sekilas tanpa berfikir lebih dalam, ini akan menimbulkan suatu pengertian bahwa wanita hanyalah objek dari suatu pelampiasan laki-laki. Dan menjadikan wanita memiliki derajat yang lebih rendah dari pria.
"Daerah arab adalah daerah yang sama sekali tidak ada tumbuhan, sekalipun ada mungkin hanya kebun kaktus atau anggur. Nah jika disana ada sebuah kebun adalah suatu kebanggan sendiri, karena kebun di arab adalah sesuatu hal yang istimewa dan dibanggakan. Sehingga ini bisa dijadikan suatu analogi untuk suami dan istri. Ketika al quran mengatakan wanitamu adalah kebunmu maka secara tidak langsung al-quran menurunkannya sebagai suatu bentuk memberi suatu derajat yang tinggi dari laki-laki", ujar bu Yeni sore itu.

Bukan saja gender yang menarik untuk diamati hari ini, tapi tema diskusi di SUAKA mengenai masalah semiotika juga diluar dugaan. Semiotika secara singkat adalah ilmu tentang tanda. A Ozan memberikan gambaran sederhana tentang semiotika pada sebuah bunga kamboja atau bisa juga bunga mawar. Dalam hal ini bunga kamboja adalah lambang suatu kematian atau segala sesuatu yang mengerikan. Dan yang kedua bunga mawar adalah bunga yang menandakan suatu cinta kasih.
Dari gambaran diatas kita bisa mengaplikasikannya dalam sebuah puisi. Puisi ada yang bersifat tidak lugas, yang artinya banyak hal yang tersirat didalamnya.  Kalau ada puisi yang tidak lugas bisa dirtikan disini ada sebuah puisi yang lugas, kata a Ozan puisi yang lugas adalah puisi-puisi yang disajikan oleh mereka yang pengungkapannya apa adanya, dan secara tersurat. Sehingga orang akan lebih mudah memahami maksud dari puisi tersebut.

1 komentar:

  1. Jadi bagaimana kelanjutan dari nisaukum..... :) terputus oleh kesenangan lain dari gender, semiotika.

    BalasHapus

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)