LEBARAN DAN TRADISI

  • 0
dari sini gambarnya
Selasa malam rumahku didatangi kupu-kupu kuning besar dan berbulu yang terus terbang kesana kemari membuat aku harus ngumpet dibawah selimut ketika sedang asyik nonton Narnia sama kakak. Menurut mitos sekitar nih, katanya kalo ada kupu-kupu ke rumah tanda akan kedatangan tamu. Begitupun juga hari itu, ternyata siangnya keponakannya si bapak dateng dari Majalengka bersama istri dan kedua orang anaknya Alka dan Dita, kedatangannya pun bukan tanpa sebab, yap,,,dikarenakan besoknya mau lebaran... Malam pun tak seperti biasanya, gema takbir berkumandang di sudut rumah yang berasal dari mesjid sebelah, Ribut-ribut anak kecil pun mulai terjadi, dikarenakan anak-anak kakak itu masih balita, kebayang kan gimana ramenya. Malampun bertambah ramainya dengan kedatangan cucu-cucu dari uwa ku, dua orang pula cewek semua plus balita juga. Rumah yang tadinya agak-agak sepi, ramepun Cuma sama orang tua-orang tua, sepi rumah malam itu dipecahkan oleh anak-anak yang gak pada bisa diem. Tapi itulah yang membuat Lebaran kali ini sangat berkesan. Rumah malam itu penuh walaupun dengan hanya dua keluarga saja. Mulai dari kakak dan teteh dari uwa yang sono, dan dua orang anaknya, terus uwa cewek dan cowok dan satu anak ceweknya, teteh dan kakak dari uwa yang disini, dan dua orang putranya, anaknya dari kakaknya kakak cewek, ibu bapak pastinya, aku kakak sama sepupu juga, nenek dan kakek juga, dan gak kelewat para tetangga yang ingin bersilaturahmi dengan kakak yang dateng dari jauh itu. Sayangnya bibi dan paman juga putrinya yang juga balita gak bisa dateng. Juga uwa-uwa yang lain yang rumahnya jauh-jauh. Perbincangan keluarga dan para tetanggapun tak juga berhenti, dari mulai masalah keluarga sampai perbincangan yang gak jelas. dan merupakan perbincangan yang tidak banget aku tunggu, dikarenakan rumah sudah rame dengan anak-anak kecil dari saudara-saudaraku (kakaknya bapak dan anak-anak kakaknya bapak) itu, ternyata dari sekian banyak anaknya nenek Cuma tinggal bapak dan si bibi yang belum punya cucu, aku dan kakak yang memang sudah gede-gede, tapi masih tak juga ada tanda-tanda cepat ngasih cucu, jadilah kita sasaran empuk perbincangan menyebalkan itu. :D, tapi maklum lah kita kan masih mengukir sejarah masa muda... :D Kalo yang lainnya mungkin makan ketupat lebaran setelah salat ied, tapi disini mah bebas kapan aja juga, biasanya sih makannya sebelum shalat. Dikarenakan lapar,,,hehehe tapi biasanya makannya gak banyak-banyak. Tradisi lebaran yang gak pernah ditinggalin setelah sholat idul fitri yaitu pergi ke makamnya nenek dan kakek dari bapak, yang berada di pemakaman umum, tapi yang namanya di desa pemakaman umum itu gak seindah di kota yang terlihat rapi, disini pemakamannya penuh dengan pohon-pohon gede, dan biasanya diatas makamnya suka ada pohon pinang-pinangan, dan bunga sepatu kalo disini sih disebutnya bunga wera, sembari mengunjungi rumah-rumah saudara jauh yang terlewati kalo mau ke makamnya si nenek. Dan biasanya makan lagi tuh dirumah saudara-saudara itu, dan jangan enggak deh pokonya, karena mereka akan sangat senang kalau makanannya bisa kita makan. Setelah ke makam nenek, hal yang biasa dilakukan keluarga saat lebaran yaitu ke rumah nenek dan kakek dari ibu. Apalagi yang ini kudu banget makan, kalaupun gak ketupat apapun itu pokoknya harus ada makanan yang dimakan. Karena kalo enggak mereka bakal kecewa banget, kadangkala ngerasa gak dihargain,, heh segitunya si nenek. Setelah kerumah nenek kakek, dilanjutin kerumahnya uwa cewek dan cowok yang tinggal di desa sebelah. Lagu dangdut bergema dirumah yang berdinding kayu itu, dan seorang kakek tua yang sedang tidur pulas di dipan rumahnya yang mungkin sedang menikmati alunan musik radio itu, sampai-sampai tak menyadari kedatangan kami. Rumah uwa yang satu ini masih rumah panggung. Dimana dinding rumah itu terbuat dari kayu, dan dibawahnya ada kolong-kolong dan berlantaikan tanah. Uwa yang perempuan sedang di Jamban, yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya, tapi Uwa cowok gak usah repot-repot manggil uwa cewek pake SMS dia Cuma berteriak keras-keras manggil Uwa perempuan, dan silih sahutan seperti Tarsan sedang memanggil teman-temannya datang. Inilah salah satu kebiasaan di kampung, kalau mau manggil sesorang yang rumahnya di seberang umpamanya mereka memanggil-manggil dengan berteriak-teriak dan saling sahut-sahutan. Disini juga wajib makan, kalo enggak bisa sangat kecewa dan kalo sampai gak makan bisa disebut “bedegong” (pelit). Setelah itu dateng kerumah uwa lagi. Dan kejadiannya masih sama kudu makan. Nahhh itulah alasan kenapa makannya kudu sedikit-sedikit, karena setiap rumah yang bisa kita kunjungi mesti bin wajib makan. tradisi makan ini tentunya merupakan prototipe orang-orang kampung, yang masih mempertahankan dan menjaga persaudaraannya. Dimana dia gak rela kalau sampai seorang saudaranya sampai hati gak mau makan makanannya, itu juga menunjukan sebagai saudara setidaknya selalu ingin memberi, selalu ingin berbagi. Dan sebagai penerima setidaknya harus mau menerima apapun yang diberikan dari saudara-saudara kita. Dan juga ini membuat kita ingin memberi lebih, dengan tulus hati. inilah cerita lebaranku, kalo ceritamu ????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)