untukmu sumbang

  • 0
Aku mengenalmu secara mendadak, hatiku ketika itu langsung memberitahu jari jemari untuk menuliskan namamu di setiap goresan pena dalam diariku. Setelah ku baca ternyata aku bisa tersenyum, dan kadang termenung oleh sosok sumbang sepertimu. Membanyangkan saja aku tak pernah bisa, bahkan hatiku mengolokku saat ku bayangkan kalau puisimu untukku.
Secara tak sadar wajahmu sambung menyambung dalam rangkaian saraf otakku. Maka setiap gerakan, cepat atau lambat tak pernah bisa ku melepaskan raut wajah sumbangmu di kepalaku. Yah mau gimana lagi, mungkin orang anggap ini sebuah penyakit, tapi maaf aku tidak punya banyak uang untuk memeriksakannya ke dokter, lagipula tidak pernah ada yang namanya dokter cinta. Mungkin kalau ada aku akan menyuruhnya mengangkat sambungan-sambungan saraf berbentuk wajahsumbangmu yang sudah menyatu dalam otakku.
Dan harus ku beritahu, walaupun mungkin kau tak pernah ingin tahu. Karenamu sumbang, aku mendadak menjadi seorang penyair. Kata-kata tak lagi harus ku jemput, atau menyepi dan bertapa di ruang sunyi untuk mendapatkan kata-kata lembut bak sutra, dan indah seperti patung yang dipahat seniman. Kamu mengantarkan hidayah, hidayah yang membuatku bisa bertemu dengan dewi-dewi penabur kata suci.
Kamu tahu?
Ketika matamu sumbang mungkin tak sengaja menatap ke arahku, atau hanya sekedar lewat kedepan mataku, racun-racun dalam tubuhku semenjak itu juga luruh, seperti tumpukan pasir yang disapu ombak.
Sapaanmu…
Membuatku seperti sang dewi yang membuatmu bisa tersenyum karenaku.
Ketika kita saling tukar kata, dan berbalas senyum serta tatapan mata. Aku tak pernah ingin seekor lalatpun menjamah waktu kita, dan ingin ku hentikan sejenak waktu agar tak segera ia membuat kita beranjak. Ingin juga ku buka seluruh memori dalam kepalaku sejak aku dilahirkan sampai saat ini, bahkan prediksi ke depan untuk memberi asupan persediaan cerita agar mulutku tak henti mengeluarkan kata dan setidaknya membuatmu tetap duduk disampingku.
Ingin rasanya menyampaikan rasaku dengan mesra, tapi kurasa kau akan berkata “apa kau baik-baik saja” sambil memegang keningku dan mengira bahwa aku sedang tidak sehat.
Sekarang kau jauh disana, tak bisa lagi kucium aroma angin yang melewati wujudmu. Hanya wajahmu yang sumbang yang bisa kutatap.
Aku siapamu, jika kau bertanya bagaimana kabarmu.
Aku siapamu, jika aku bertanya sedang apa dirimu.
Walau hatiku terus saja berdemo padaku, untuk segera mengeluarkan dan memuntahkan kata itu padamu sumbang. Tapi itu bukan aku, kamu tahu aku lugu dan pemalu.
Hei,,, kau masih sendiri kan disana? Siapa yang sedang kau rindukan? Apa kau juga merindukanku sampai-sampai kepalamu tak lepas dari ingatanku Sumbang?.
Angin dan hujan sedang tak ada disini, hmmm sayang,,, aku tak bisa bermanja-manja dan merayunya untuk menghembuskan guratan runduku padamu Sumbang. Kalau tulisan ini bisa berjalan, akan kuberitahu alamatmu.
Kamu…
Kamu mungkin tak pernah ingat, kita pernah jalan berdua, tapi aku ingat dan selalu ingat. Mungkin kau juga tak pernah ingat kalau kamu pernah memegang tanganku Sumbang, tapi itu sangat ku ingat dan sebuah kenangan manis buatku.
Hei,,, kamu membuat hidupku terasa manis. Walaupun cangkangnya terasa pahit, tapi kamu penuh dengan warna,Sumbang, sampai aku pun terciprati warnamu. Itu salahmu yang menciprati,  jangan salahkan aku kalau sampai aku mengagumimu. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)