april : catatan satu

Kau tutup mataku dengan kain hitam. Rapat sekali hingga cahaya sedikitpun tak masuk kedalam pandanganku.

Dan Kau memerintahkanku untuk berjalan menyusuri hutan. Hutan yang ramai binatang.

"biar kau tak menyesal, selesaikan perjalananmu sebelum fajar" ucapNya.

"Seperti cerita wayang" ujarku.

Dan Kau hanya memberiku bekal sebotol air putih, yang Kau jampi-jampi.

Kau bilang  diseberang hutan sana ada satu cahaya yang indah dan memberiku satu tangga untuk dapat menujuMu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan hidupMu.

Aku tahu Kau tahu,

Dalam perjalanan gelap ini aku terus tersandung, terus menerus terjatuh.

Mungkin darahku sebentar lagi akan surut, dan tulangku berbalut kulit.

Tapi tak masalah karena aku tak mau mengecewakan kakiku yang masih setia berjalan bersamaku menyisir malam dan tangan yang terus meraba.

Sama sekali aku tak melihat tanah yang ku injak, atau bulan yang menyinari gelap. Karena aku berjalan bersama gelap. Ditemani gelap.

Aku mendengar suara-suara orang yang hendak menolongku,

dari atas kudengar,,,  aku melindungimu dari hujan.

Dari bawah kudengar,,, hati-hati ada jurang didepanmu,

Dari belakang ku dengar berjalan saja jangan dengarkan suara-suara bising itu.

Dari kanan ku dengar,,, berjalanlah kesini,,,

Dari kiri ku dengar,,, jangan kesana, dan berjalanlah kesini..

Tapi yang mana suaraMu.

Aku mencari suaraMu, tapi dimana…

Semuanya terasa sama...

Hati dan fikiranku memprotes ragaku untuk segera berjalan karena fajar akan segera menyingsing.

Akhirnya, airmata menghalangiku melangkah. Getir yang membidikku membuatku lututku kalah untuk terus melangkah.

Kepasrahan berjaya, kehampaan mendewasa.

Aku tertunduk lesu, dibawah  langit yang entah berbintang entah redup.

Tapi, aku mencium wangi yang pernah aku kenal.

Datang dari belakang, dan menyangga lenganku untuk berdiri.

"malam masih panjang, dan perjalanan hampir selesai". Ucapnya menggema di telinga.

Sampai saat ini, aku masih tersesat di rimbunnya hutan, dan hutan yang tak pernah bertemu fajar.