Neo-kartini dalam tanda tanya

  • 2

Hari kartini telah usai, 21 april bertepatan dengan hari sabtu. Tak dikira di kampus banyak yang sensitif dengan keberadaan hari tersebut. Hari itu, menjadi bulan-bulanan para mahasiswa yang berada di UKM-UKM atau organisasi ataupun jurusan untuk berunjuk gigi dengan menggelar berbagai acara berkenaan hari tersebut.

Acara seperti dilombakan, pabagus-bagus istilahnya. Namun dalam hal itu tetap saja ada rasa saling dukung dengan hadirnya kedalam acara tersebut.

Dalam menentukan acara yang akan dihadiri, yang pertama di cari mahasiswa adalah acara yang sifatnya free alias gratisan. Kebanyakan mahasiswa malas untuk mengeluarkan uang untuk sebuah acara yang belum jelas juntrungnya. Maka yang bisa menggaet mereka adalah 'gratis'.
Tak hanya gratis yang bisa membuat mereka datang ke suatu acara di kampus. Tapi juga iming-iming sertifikat. Sertifikat menjadi penarik kedua setelah 'gratis'.

Selain gratis dan sertifikat, yang selanjutnya bakal dilirik adalah 'pemateri', pemateri yang biasanya menjadi lirikan utama mahasiswa, walupun harus bayar, kadang dengan pemateri yang bagus itu bisa menjadi penarik mahasiswa untuk menghadiri suatu acara di kampus.

Yang lebih membuat mahasiswa 'bahagia' dan bisa berbondong-bondong datang ke suatu acara dengan teman sepergosipan atau teman sepermainan lain adalah gratis, dapet sertifikat, dan pemateri yang keren atau sudah terkenal.

WSC, salah satu UKM di UIN Sunan Gunung Djati Bandung telah mencoba hal tersebut. dalam memperingati hari kartini, WSC sebagai UKM kampus yang bergerak di bidang keperempuanan menyelenggarakan acara hari kartini. Acara tersebut tidak tepat pada tanggal 21, namun pada tanggal 23 April tepat pada hari senin.
Dengan HTM gratis, dan sertifikat di akhir acara serta pertunjukan Laskar Panggung membuat mahasiswa semakin antusias menghadiri acara tersebut. selain itu, pemateri yang dihadirkan adalah pemateri yang sudah kesohor dalam pertelevisian, yaitu Rieke Diah Pitaloka dan ibu Yeni Huriyani wakil ketua P2TP2A Bandung. Serta moderator yang selalu eksis disetiap acara mahasiswa yaitu dosen Fakultas Ushuluddin Widodo Widarda.

Acara ini mengambil tema 'Neo-Kartini dalam tanda tanya'. Jika ditanya apa yang menjadi esensi acara ini, saya akan menjawab berdasarkan spekulasi saja. Karena waktu itu saya tidak menyimaknya dikarenakan kendala menjadi panitia yang diam di luar Aula.  Jawaban itu, sebuah pertanyaan apakah yang harus dilakukan Kartini-Kartini masa kini dalam menjalani kehidupan. Karena jika dilihat, perjuangan Kartini dulu dan sekarang akan berbeda. Kalau dahulu, Kartini bergerak untuk memperjuangkan perempuan agar mendapatkan hak yang sama dalam ranah publik dengan laki-laki. Namun lain ceritanya dengan hari ini, kartini hari ini bukanlah kartini yang harus memperjuankan hak-haknya. Karena itu semua sudah terwakili oleh Kartini pada masa dulu. Namun yang bisa kita lakukan hari ini adalah 'mempertahankah' apa yang telah dicita-citakan Kartini. 


Kembali lagi pada permasalah mahasiswa tadi, kalau dilihat dari permasalahan tadi, yang pertama dilirik mahasiswa bukan materi yang akan menghasilkan esensi dari acara yang mereka hadiri. Melainkan adanya sebuah kata 'sekalian'.  "Ingin mendapatkan sertifikat 'sekalian' mencari ilmu". Atau "ingin melihat pemateri yang keren, 'sekalian' mencari  ilmu."
Dan Ilmu menjadi hal yang kedua setelah beberapa hal tersebut ! ! ! !

*berdasarkan penglihatan terhadap orang-orang sekitar saja.. >_<

2 komentar:

  1. Ia dari sebahagian mereka masih adakan yang bener2 thalabul ilm.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah pasti ada :)
      terimakasih udah berkunjung..

      Hapus

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)