RECTOVERSO : MALAIKAT JUGA TAHU, AKULAH YANG JUARA

  • 0
Entah apa yang ada dalam benak Abang saat ia hanya mencintai satu orang saja di dunia ini. Saat ia hanya bisa mendengar dan tersenyum oleh satu orang saja. Perempuan yang bernama Lea. Saat sebuah sabun menjelma menjadi sebuah bagian dari senyum perempuan itu. dan hangatnya tersisa disana. Dalam sebuah sabun berwarna biru yang Lea beli untuk Abang.

Setiap malam Abang menghitung bintang, selalu genap seratus dan sempurna. Seperti tumpukan sabun di kamar abang yang sempurna tumpukannya pada seratus buah. Aku tak paham, aku tak pernah mengerti kenapa Tuhan menciptakannya di dunia. Kenapa dia seperti makhluk ajaib yang selalu melakukan hal yang sama dalam hidupnya. Dan tidak pernah bosan seperti manusia pada umumnya. Setiap hari senin, Abang selalu mengambil baju-baju yang berwarna putih untuk ia cuci di laundry miliknya. Untuk kemudian, hari selasa adalah hari dimana Abang mencuci pakaian yang berwarna. Begitu lain, begitu berbeda dan begitu aneh kurasa.

Tapi, tak pernah ada cinta yang tidak dikumandangkan orang saat melihat Abang. Penolakan pun Hans anggap sebuah hal yang biasa sebagai adiknya. Saat Hans memberinya sebuah bingkisan, dan Abang sedang sibuk memberikan catatan belanja untuk ibu, sehingga Hans pun harus menerima penolakan dari Abang. Tapi, tidak ada raut kesal ataupun marah merasa tidak dihargai. Tapi senyum yang hanya ia miliki untuk Abang, meskipun ia kecewa. Sebab, Abang  adalah makhluk yang istimewa.

Tapi, tidak pernah ada kasih yang setulus ibu. Lea bukan orang yang senantiasa tegap dalam mencintai Abang, karena ia lebih mencintai Hans, adik Abang. Ibu adalah satu-satunya pemilik kasih yang tak pernah meluruhkan cinta pada Abang. Aku kagum padanya. Betapa tidak, saat Lea dengan yakin meninggalkan Abang, ibu yang menampung tangis Abang. Ibu, yang menampung pedih hati abang, dan raungan kehilangan Abang.

Iya, ibu adalah juaranya. Orang yang selalu siap ketika cintanya tidak terbalaskan. Namun selalu akan ada saat orang yang dicintainya kembali ke pangkuan.

Kemudian, aku mengenal Al. Seorang perempuan berambut panjang, dengan mata dalam yang sangat cantik. Ia tidak banyak bicara, mimiknya selalu tenang. Dan suatu hari, kau akan tahu betapa dalam hidup ia maknai.

Al saat itu mencintai seorang pria yang tidak pernah ia lihat matanya. Ia tidak pernah tahu, apakah warna mata lelaki itu berwarna hijau atau coklat muda. Tapi ia mencintainya. Ia hanya diberi kesempatan untuk melihat punggung lelaki itu. Al hanya bisa mengirim isyarat sehalus awan, angin, laut, atau hujan.

Lelaki itu bernama Rangga . Suatu ketika Al pernah menggambar punggung Rangga di pantai, dari kejauhan ia memandangi punggung Rangga. Aku heran pada Al. Padahal ia bisa saja bergabung bersama teman-temannya untuk kemudian melihat mata Rangga. Tapi, ia tidak melakukannya. Barangkali cinta bagi Al adalah sebuah rahasia yang jika terungkap takkan indah lagi.

Ah, aku kehilangan kata-kata untuk perempuan ini. Deburan ombak dimatanya begitu deras. Tapi senyumnya begitu manis.

Dan aku tak paham, kenapa perempuan seperti Al tidak dipertemukan dengan lelaki bernama Regi yang begitu tulus. Regi adalah seorang lelaki tulus yang tak pernah bosan mendengarkan keluhan sahabatnya Amanda.

Aku tak pernah paham dengan jalan pemikiran cinta. Kadangkala ia tidak bisa lagi mendengar jeritan dalam benak, saat mulai tidak mendengar jeritan-jeritan kesal dan bosan. Saat tangis, pedih, benci, semuanya menjadi senyuman. Tuhan, beginikah cinta itu?

Ingin kuceritakan padamu tentang orang bernama Regi.

Regi adalah seorang pemilik jasa fotokopi dekat sebuah kampus di Jakarta. Ia memiliki sahabat perempuan bernama Amanda. Amanda selalu saja menumpahkan keluhan pada Regi, meskipun begitu, Regi selalu menyediakan waktu untuk perempuan manis itu. Saat Amanda harus ditinggalkan pacarnya, Amanda cerita kepada Regi. Begitupun ketika Amanda punya seorang pacar. Tidak luput ia ceritakan kepada Regi. Dan Regi, ya dia selalu mendengarkan dan mendengarkan, memerhatikan dengan seksama, agar sahabatnya tidak pernah merasa sendiri.

Saat sakit, Amanda ingin pacarnya datang dan memberinya segelas air putih. Itu saja, harapan yang tidak tinggi. Tapi, pacar yang ia sayangi itu tidak pernah datang. Dan Tuhan tidak pernah lengah, saat di tempat makan itu, Amanda menitikan air mata. Sebab ia tahu, sahabatnya itu sakit karena hujan-hujanan untuk memberikan segelas air putih padanya. Ya, yang datang bukanlah seorang yang Amanda harapkan, tapi Regi yang selalu ia tumpahi cerita tentang dirinya.

Apakah air mata itu yang membuat cinta Regi mulai terbalas? Ataukah memang Regi tidak pernah merasa ingin cintanya terbalas?

Rectoverso sebuah film yang ditulis oleh beberapa penulis, seperti Ve Handojo, Key Mangunsong, Indra Herlambang, Ilya Sigma & Priesnanda Dwi Satria. Yang diambil dari kumpulan cerita pendek Dewi “Dee” Lestari. Film ini memuat lima cerita yang disuguhkan dengan scene campuran. Yah, entah apa istilah perfilmannya. Film ini dirilis tahun 2013.

Film ini menarik dan cerita yang disuguhkan begitu komplit. Tidak terpaku hanya pada satu pemeran, tapi dalam judul yang diberikan mewakili seluruh alur cerita. Aku tidak hanya dibuat diam terpaku dengan cerita ini. Dentingan hati dari cinta yang tak bersuara ini sungguh dalam. Dan barangkali kau ingin menontonnya, aku sarankan tontonlah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)