• 0
Ah, terpaksa malam ini Dindi mengajakku bercerita. Ia malam ini datang dengan wajah yang murung. Entah ada apa, aku sama sekali tidak ingin tahu. Karena pasti ia sendiri yang akan menceritakannya.
Dan benar saja ia mulai kembali menyalakan kreteknya, dan bercerita kepadaku.
"Kemudian, aku bertemu dengan sebuah kebudayaan yang luar biasa mengherankan. orang-orang memiliki standar unik dalam kepalanya. Aku heran, benar-benar heran bagaimana bisa ada kebudayaan semacam itu. Di kampungmu itu, mereka yang sekolah sangat gila hormat. Ia pura-pura merunduk di depan warga kampungmu. Padahal, kau tahu? jauh di lubuk hatinya ia merendahkan kaummu. Menuduh mereka orang-orang yang bodoh dan tidak beradab. Beradab dengan penilaian yang ia ciptakan sendiri.
Yang merasa pekerjaannya di ruang bersih, tak mau berkotor tangan turun ke sawah membantu orang tua. Aku heran bahkan pada dirimu aku heran.
Aku juga heran sekali, kalau bisa kau jelaskan padaku kenapa. Ini, aku melihat media yang begitu dramatis. Sedih sekali aku melihatnya, banyak anak manusia yang cengeng. Mempertontonkan kesedihannya, bahkan media mengangkatnya menjadi headline news. 
Lalu, kau yang merantau, menanggalkan pakaian desamu. Merasa kota adalah tempat yang paling beradab. Kemudian desa jadi tampat showroom hasil yang dibawa dari kota. Dan itu bukan ilmu, tapi gaya berpakaianmu, cara berjalanmu, dan tingkah lakumu yang ga karuan. Ah, kau belum berhasil di kota apalagi di Desa.
Ah, sungguh sombong adalah hal yang paling merugikan manusia.
Selain itu, aku pun melihat perempuan memiliki pandangan kalau wajah putihnya itu, bibir merahnya itu, dan pinggul seksinya itu adalah hal yang paling utama. Lalu mereka semua menerapkan standar kehidupan, bahwa memiliki wajah cantik adalah kesempurnaan. Itu karena mereka, laki-laki yang lebih pandai melihat dari pada berfikir. 
Coba kau pikirkan itu hei, kamu"

Aku mendengarkan celotehan Dindi sampai tuntas, sebenarnya masih banyak cerita yang ia keluarkan. Tapi aku tidak bisa menyimak lebih banyak lagi. Dia memang seperti itu, Biarkan sajalah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)