SETELAH WISUDA

  • 0
Wisuda benar-benar sebuah ceremonial saja. Waktu itu memang terasa tidak ada yang spesial di dalamnya. Bagiku, lebih spesial maiyah daripada acara wisuda pada tanggal 14 september itu. Sederhana saja alasannya. Bagaiamana bisa manusia mewisuda manusia? Aku kira yang lebih akan tepat mewisuda kita adalah Tuhan. Aku masih belum layak disebut wisudawan, dalam kehidupan. Untuk akademis pun. Tahu apa mereka masalah akademisku, yang mereka lihat hanya sebatas angka di kertas, yang berbentuk transkip nilai. Dan ujiannya hanya dalam kertas jawaban atau hasil laporan yang berbentuk skripsi. Ohhh kuliah..
 
Hanya saja, yang terasa sangat menggembirakan lebih dari gembira tapi bahagia, adalah hadirnya keluarga ke perantauan di Bandung. Senyum mereka memberikan pelangi kembali, harapan dan semangat yang sempat tertumpuk di dasar lubuk, timbul kembali. Ah speachless kalau sudah membicarakan mereka. They're gift. :* Selain itu, ini adalah cita-cita seorang pahlawanku. Bapak, yang tak pernah lelah sampai hembusan nafas terakhirnya mengabdikan diri untuk menjadi ayah yang paling bertanggung jawab. Tuhan, aku titip salam buatnya. Sampaikan senyumnya padaku. 

Karena itu, bagiku sekarang yang terpenting dari selesai kuliah adalah bagaimana mewisudakan diri sendiri. Bagaimana wisuda yang sebenar-benarnya bisa didapatkan. Dengan nilai yang memuaskan dari Tuhan. Cumlaude yang sebenar-benarnya. Wisuda bukan hal yang harus dibanggakan ketika hanya bisa membanggakan gelar di belakang nama. Tapi seberapa besar karya yang akan diciptakan dari hasil belajar selama empat tahun itu.

Dosen pun, aku kira tidak memiliki kewajiban untuk mahasiswanya menjadi wisudawan di gedung auditorium. Mereka adalah yang mengajak kita berproses menjadi manusia yang layak diwisuda Tuhan. 

Seperti yang guru-guru ku katakan. Bahwa yang mesti dinikmati adalah proses, hasilnya bukan yang terpenting. Bukankah hidup juga seperti itu?
Jadi, mari kita sama-sama berproses untuk menjadi wisudawan univeristas kehidupan yang sebenar-benarnya. Kehidupan yang sebenar-benarnya dari yang Sejati. Univeritas kehidupan dengan fakultas-fakultas di dalamnya. Mari, kita menggembalakan diri. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)