PPM SUMEDANG

  • 0
Hari kamis tepatnya tanggal 15 desember 2010 pergi ke Sumedang sama teman-teman perbandingan agama. Awalnya keberangkatan semester satu bakal di urungkan, karena selembar kertas yang sangat sulit didapat. Namun karena kebijakan dari fakultas akhirnya si money itu bisa di kurangi harganya.
Tepat jam 06.30 kita berkumpul di depan universitas. Karena undangannya jam segitu, namun hebatnya kita berangkat jam 8...ckckck. yang pasti dengan alasan yang sudah tak asing lagi, dan tak perlu disebutkan .

Dalam perjalanan di bis univ.aku merasakan hal yang aneh, aku merasa bangga bisa duduk di dalam bis itu, entah apa alasannya aku tak bisa menjelaskannya disini. Hmmm walaupun tak ada yang aneh di dalamnya, bahkan bis itu terlihat seperti memasuki usia-usia renta. Ada kenyamanan yang datang dari orang yang ada di dekatku namun bukan dari teman sebangkuku. Auranya mengajaku menyangkutkan suatu hal hmmmm namun apa itu aku tak tahu, dan tak penting membicarakan itu panjang lebar,,,
Sampai di sumedang aku agak aneh dengan kota itu, kota itu sangat ramah, pohon yang berjejer menyambut ramah kedatangan kami. Sawah-sawah yang terhampar pasrah pada tanah yang dicintainya. Gunung-gunung yang tinggi tersenyum lembut menyambut dengan buaian angin.
Tujuan utama pemberangkatan ke kantor BAPEDA Sumedang, sampai disana terlihat orang-orang berpakaian rapih berwarna coklat dan ku yakin mereka bukan tukang pos ronda.... acarapun di mulai, kulihat ketua BAPEDA itu terlihat masih agak muda, kira-kira 20 lebih 15, sepertinya,,, ketika acara dimulai dan bapak yang memulai acara memberi senyuman manis, aku merasa agak tak enak pandangan karena si bapak ketua BAPEDA itu tak sedikitpun menyungging senyum ketika semua tertawa, dia mah dingin-dingin ajah kayak gak denger dan gak ngerasa dia di ajak ketawa, apa dia merasa ketawa itu tak penting???hmmm itu tak bagus...dan dari informasi yang saya tangkap dari bapak yang pertama ngomong itu kalau bapak ketunya itu pernah pergi ke Korea, dan terlintas di fikiranku, apakah si bapak ketua itu merasa gak pantas tertawa bersama kita karena dia pernahpergi ke Korea, sehingga hati aku mengumpat..... “sungguh ironis”.
Setelah si bapak tadi selesai berbicara sekarang giliran bapak yang dingin itu berbicara, salam pun di ucapkannya sebagai pembukaan perkataannya,dia berbicara dengan nada datarnya. namun suasana hatiku berubah dari merah menjadi biru,dia memadamkan api dengan dinginnya es. Ketika berbicara tutur katanya begitu manis menunjukan bahwa dia asli sunda, bahasanya sangat lembut walaupun banyak yang kurang aku fahami dari bahasanya itu(sungguh ironis orang sunda sepertiku). Senyum simpul dia tunjukan semakin menunjukan kewibawaannya yang begitu gagah. Dan aku harus minta maaf karena tuduhan pada covernya yang tak begitu menyenangkan. Hehehe..

Cukup menarik pembicaraan yang beliau paparkan, beliau memaparkan tentang kota sumedang yang menjadi puseur budaya sunda,. Mungkin itu “agak menarik” namun banyak perkataannya yang bisa menjadi bahan perenungan buatku. Diantaranya pemaparannya yang begitu sedikit menyindirku walaupun ku yakin dia tak bermaksud menyindir,,, “teori barat di kuasai namun teori kampung sendiri tak paham”. Pernah nyadar gak kalo sebenarnya kita begitu? Nggak yak??? Hmmm may be just me.. :( . teori Darwin kita pelajari sampai rambut rontok gara-gara gak mau disamain dengan monyet ehehe. Namun hanya segelintir yang aku pahami dari perkataan itu, ada yang bisa menjelaskan????.
“jika memelihara anak macan jangan takut dia menjadi macan, tapi katakanlah dalam waktu yang sama saya akan menjadi singa”, perkataan ini bisa diartikan secara konstektual bahwa dia adalah orang yang tak pernah mau di bawah, itu mimpi dan semua orang berhak memilikinya, dan jika mimpi itu menjadi kenyataan patutlah bangga, dan walaupun tidak kita harus bisa. Kalau gak bisa ya harus bisa.
“emosionalitas itu energi” pernah gak ngalamin?? Seumpamanya pacar minta jemput dalam keadaan ujan gede, kadang kala di bela-belain ujan-ujanan sampai rela sakit daripada pacar ngambek. Masih kayak gitu gak pengorbanan para pecinta, hmmmm itulah katanya yang dinamakan the power of love.. :D. Namun dalam hal kepemimpinan dan kehidupan tak bisa ngasih contohnya, mungkin ada yang bisa nambahin...???
Hmmmm mungkin itu hanya sebagian, banyak hal yang didapat dari beliau,,, sungguh hari yang menyenangkan buatku(namun katanya tidak bagi teman-temannku ).
Perjalanan dilanjutkan ke museum, tapi aku lupa namanya apa, pokoknya gak jauh dari sana, sampai disana memasuki ruangan yang bercat hijau, terdengar suara-suara keaslian sunda, suara musik khas sunda terdengar sampai ke luar ruangan, coba masuk kedalam ruangan itu, dan terlihat sekumpulan alat musik yang sedang dimainkan para orang tua yang ku yakin mereka menyaksikan keadaan pada masa kerajaan itu masih ada, karena wajah mereka yang mengatakannya demikian. Ku lihat-lihat ruangan itu, tak nampak apa-apa selain ruangan kosong yang sepertinya sudah lama ditinggalkan penghuninya, aku merasa kecewa, mana ada museum yang kosong melompong kayak gitu. Hufttt... ku meninggalkan ruangan dengan rasa kecewa dan pastinya mengumpat “ngapain juga jauh-jauh kesini Cuma buat liat ruangan kosong kayak gini”.
Si bapak pebimbing mengajak kita ke ruangan dengan membawa secarik kertas, mungkin itu kertas nota pembayaran, karena bentuknya agak ku kenal dan sering ku temui ketika selesai membayar sesuatu ke ruang tata usaha. Ku mengira si bapak itu akan membawa keruangan yang tadi, namun tidak, dia membawa kita ke ruangan belakang ruangan kosong tadi. Sampai disanan kulihat beberapa bangunan yang masih dalam proses pembangunan, dan sebagian ada bangunan yang sepertinya sedang di perbaiki. Sampai di suatu tempat ku lihat 2 kakek tua yang sedang membuat suatu kerajinan tangan(namun entah apa karena kerajinan tangan itu belum terbentuk)dan mereka duduk di depan pintu yang begitu besar digembok besar pula. Namun aku tak menyangka itu sebuah ruangan penyimpanan benda-benda antik (yang lebih di kenal dengan museum)karena bentuk ruangannya sangat mungil, si pak kuncen membukakan pintunya, mulai memasuki ruangan ku lihat ada seonggok emas yang telah di ukir menjadi hiasan untuk para raja yang di lindungi dengan kaca berbentuk piramid. Mataku tergoda oleh pajangan uang zaman kuno, yang dilindungi kaca,,, banyak uang yang tak pernah aku jamah, sehingga membuatku sedikit tertarik.
Dengan agak penasaran ku kelilingi seluruh ruangan itu, nampak jelas peninggalan sejarah yang ceritanya hanya aku bisa baca di buku-buku sejarah yang sulit ku pahami. Namun cukup mengherankan buatku, yang tak ku pahami, aku hanya mengagumi benda-benda sejarah disana dan hatiku tak terhentak dengan sejarah yang di ceritakan oleh kuncen itu, ya intinya aku hanya menikmati keindahan benda-benda itu saja. Hmmm kenapa yak,,apakah ini yang menyebabkan anak-anak muda sekarang kurang menyadari kemerdekaan yang di berikan nenek moyang kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)