Alienasi

  • 0
Sore ini ku sempatkan untuk menulis beberapa buah fikiranku yang sudah tertumpuk. Sebenarnya rada-rada kesel juga Cuma bisa nulis ajah gak bisa langsung posting di media ajaib itu, hmmm tapi tak apa lah.
Ku masih mencari-cari cara untuk mendapatkan modem itu dengan usaha ku sendiri, walaupun ku yakin tak akan cukup dengan waktu seminggu untuk mendapatkannya. Karena ini hanya sebuah utopis ku saja.
Sore ini cukup terperanjat kulihat kata itu “alienasi” kata yang baru aku kenal dari seorang pengarang novel bernama Rama Wirawan. Ya, aku tahu dari orang itu karena sore ini ku baru menyelesaikan membaca novelnya yang berjudul “Perang”. Dari judulnya saja orang sudah malas membaca ku yakin itu, karena itu yang sebagian temanku bilang. Tak ada yang menganggap itu novel menarik selain aku, selain itu, desain cover yang begitu angker dengan warna baground merah marun, dan sebuah gambar yang menurutku tak jelas tampaknya, namun setelah ku tanyakan pada temanku ternyata itu gambar sebuah jantung. Hmmm cukup aneh. Dan itu yang menyebabkan aku ngeluarin uang untuk sekedar melihat isi novel yang covernya beda dari yang lain.
Setelah membaca satu kali, sedikit aku mengerti tentang isinya. “seorang pria yang bekerja disebuah perusahaan printing, dia merasa bosan dengan yang namanya sistem, sehingga dia menemukan teman yang sejalan pemikirannya dengan dia, sedikit ketenangan dia dapatkan namun yang ada malah keluar dari jalur. “ hmmm dan lain-lain deh pokoknya,,,
Ada rasa sedikit terbawa suasana saat membaca novelnya. Karena ku rasa orang itu sedikitnya gambaran dari fikiranku selama ini. Kembali lagi pada istilah alienasi, menurut kamus kecil bahasa indonesiaku(gak disebut KBBI karena kamusnya tak berukuran besar  ) arti dari alienasi itu sendiri merupakan rasa terasingkan. Kenapa aku tertarik dengan kata itu, karena sekarang alienasi tergambar di kepalaku. Bahkan mengikutiku.
Pertama, aku terasingkan oleh yang namanya pelajaran di kampusku, kenapa ku sebutkan terasingkan, karena sama sekali aku tak tertarik dengan pelajaran itu, hmmm walaupun tak semuanya. Pelajaran itu memaksaku untuk tetap masuk kedalamnya. Keadaan ini memaksaku untuk tetap mencintai sesuatu yang sebenarnya tak aku sukai. Huft sungguh berat hidup dengan mengikuti sistem. Semua keadaan seakan terpaksakan. Ingin keluar namun tak ada energi untuk melakukannya, dan aku hanya menjadi budak dari sistem yang selalu memaksaku. Atau mungkin aku terjebak?? Ahhh aku tak tahu awalnya kenapa.
Kedua, aku merasa terasingkan oleh sebagian teman-teman sekelasku yang cowok. Mereka seolah mendiskriminasiku untuk tak dekat-dekat dengan seorang wanita yang diam seperti patung liberty layaknya aku. Huftt sebenarnya aku bukan diam, aku hanya sedikit berbicara alias jarang ngomong.
Pikiranku kalut saat ini, tak tahu kenapa air di botol minuman itu seolah pasrah ingin aku jamah, makanan itupun disembunyikan tuannya si bungkus plastik agar tak menjadi santapanku malam ini. Sekelebat sosok aneh muncul entah dari sudut mana. Dalam imajiku dia tersenyum, senyumnya tak manis, namun selalu aku ingat. Apa aku tak suka senyum manis? Hingga ku lebih memilih dia yang tak dianugerahi senyum manis.
Tuan yang aku hormati, sebenarnya aku ingin mengusirmu saat ini dari otakku. Tak baik kau tinggal disana, kau bisa jadi virus buatku. Aku ingin menamparmu tuan kau tak juga menuruti kataku, maukah kau aku tampar??. “nggak” kalo gitu cepatlah pergi... aku tahu bukan kau yang salah, aku yang mengundangmu datang. Maaf!!! Tapi kau malah mengusik ketenanganku saat ini. Aku tahu kamu hanya datang sepintas buatku, aku juga takkan ada di setiap kedip matamu, bahkan mungkin kau akan lupa ketika kau melihat mataku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)