ke gereja

  • 0
Perjalananku siang tadi cukup menyenangkan perjalanan yang panjang dan kepala yang pusing akibat perputaran bumi barangkali yang terlalu cepat ketika melakukan perjalanan menggungakan mobil (haha ngawur saja aku), tanggal 25 desember bertepatan dengan hari natal ini pertama kalinya aku melihat natalan secara langsung di salah satu greja Protestan jawa di Bandung. Awal memasuki tempat itu ku melihat hilir mudiknya orang –orang yang berpakaian rapih dengan baju special sepertinya, dan dandanan yang begitu tampak anggun dan menawan.
kita menunggu di luar ruangan karena belum ada perintah untuk masuk,ku merasa sedikit aneh dengan orang-orang yang datang, settiap ada yang datang mata mereka selalu tertuju kepada kita seolah-olah kita mahluk aneh yang baru mereka lihat. Dan dari awal aku sudah sadar, mereka melihat kita dengan tatapan aneh karena melihat kita berkerudung. Barangkali bukan hanya karena heran melihat kita berkerudung. Tapi aku yakin mereka melihat kita seperti itu karena kita berani-berani masuk gereja pada hari yang sangat special bagi mereka itu.
Setelah beberapa lama berunding dengan para ketua-ketua disana kami disuruh masuk akhirnya. Walaupun pada waktu itu, aku sedikit melihat muka masam mereka kepada kami, tapi aku yakin itu bukan muka masam namun memang keadaan wajahnya yang seperti itu...heu. setelah masuk acarapun di mulai dengan nyanyian-nyanyian. Di ruangan yang tak terlalu luas itu mereka bernyanyi (yang mereka sebut dengan beribadah ) mereka bernyanyi bak paduan suara, sungguh kompak sehingga ku yakin menutupi sebagian dari suara yang sumbang.
Khidmat mengikuti acara sampai-sampai tak terasa sudah berada di ujung acara, sesekali ku melihat mereka, ku merasa mereka bak orang asing. Hmmm entah kenapa itu terjadi, mungkin karena mereka belum menyungging sedikit senyumnya buatku, namun sejenak kemudian suasana berubah, muka masam mereka yang tadi tampak tak sedikitpun menunjukan muka ramah, pada akhir acara mereka semua bersalaman dengan wajah yang tampak sangat berseri, dan tak terlewat mereka bersalaman dengan kami sambil menyungging senyum dan ucapan selamat. Hmmm sehingga ku merasa kembali lagi kesuasana lebaran.
Setelah acara selesai kami menemui pendeta, dan dengan ramah pendeta menyambut kedatangan kami, suatu hal yang sangat di harapkan oleh sebagian dari tubuh kami yang sering menjadi bahan pergunjingan yaitu si perut menyalurkan keinginannya ke saraf otak, “ingin makan” dia berkata seperti itu. Dan mungkin pendeta mendengar jeritan perut kami yang tak sabar ingin bertemu dengan sahabatnya itu, pendeta menyuruh kami datang ke rumahnya yang tak jauh dari gereja, tepatnya di belakang gereja. Tanpa segan kami menuju rumah pendeta itu, dan menuju hidangan. namun sebagai muslim kami sedikit ragu, barangkali (maaf) masakan mereka ada yang mengandung daging babi...hmmm. karena sebagai muslim kita dilarang memakan daging tersebut. Namun dengan menghilangkan ragu itu kami makan, hingga kami tahu bahwa daging itu daging ayam..hmmm.
Ada penampakan yang cukup aneh buatku, dengan cara makan mereka, mereka makan dengan posisi berdiri, dan dari situ aku tahu kalau barangkali itu budaya mereka, yang bertentangan dengan budayaku sendiri.
Setelah makan selesai pendeta mangajak kami ke suatu ruangan yang tak begitu luas. Dari sana kudengan r sayup-sayup orang-orang yang sedang latihan bernyanyi itu, dan ternyata sumber suara itu berasal dari gereja tadi. Ku mencari posisi yang nyaman untuk mendengarkan diskusi, dan ku duduk agak dekat dengan sebuah papan tulis. Ku perhatikan ruangan kecil itu, tampak lukisan yang gagah dengan ukuran yang tak kecil menunjukan kekhasan agama mereka. Gambar itu melukiskan sekelompok orang yang sedang diskusi di sebuah meja bundar, dan seorang lelaki yang sedang berdiri seolah memberikan arahan kepada orang-orang yang sedang duduk itu, dan ku yakin sosok lelaki itu yang mereka sebut Isa.
Diskusi itu berlangsung dengan khidmat dan sangat menarik, mereka memaparkan apa itu kristen dan lain sebagainya. Sampai tak terasa waktu menunjukan pukul 11.30 dan acarapun selesai. Rasa bangga bercampur senang terbersit di hati, mereka menunjukan wajah persaudaraan kepada kami yang datang kesana. Sungguh akrab mereka di mata kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)