kisah 'nek' damri

  • 0
Aku dan kawanku menunggu dengan sabar kedatangan nenek tua itu. Tak sabar, rindu ingin pulang kerumah, menunggunya dan berharap dia akan datang lebih cepat.
Dia datang…..
Cepat-cepat aku hampiri ia, dan….hmmmm nyaman. Seluruh peluh sirna, capekpun sedikit demi sedikit hilang ketika dia memberiku kursi yang nyaman. Dan aku senang ketika dia tak pernah pilih kasih pada kami. Yang duluan datang, dia pasti mendapat tempat duduk dan dipersilakan berdiri untuk yang datangnya belakangan.
Dia mengangkat alis, dan dengan semangat seadanya mengarungi dunia malam. Hanya untuk mengantarkan kami. Dialah Bis Damri , salah satu transportasi di Bandung, yang keadaannya sudah renta, kaca-kacanya mulai hitam dan berdebu. Namun ia selalu gesit dan melejit mengarungi bumi yang Tuhan tumpahi arang berwarna hitam [sepertinya], , tapi tak ada bekas hitam pada orang yang melewatinya. Hmmm sungguh maha karya yang tak ada bandingannya.
Kisah ‘nek’ Damri

Semakin malam, tak kusadari dia memberikan suasana indah di langit-langitnya, cahaya lampu dari luar berkilat-kilat memantul diatasnya, merah, biru, datang silih berganti, kadang lurus kadang di biaskan oleh sebongkah besi yang tak ingin dilihat olehku. Dia sangat ramah dan welcome, dia mempersilahkan angin merasuk ke pori-poriku dan memberikan kenyamanan kepadaku. Diluar itu, aku lihat berjejeran lampu yang berubah jadi api, dan lampu rumah yang menjadi monster bermata merah. Serem, kalo aku harus membayangkan pulang sendiri tanpa dia.
Kawanku yang duduk di kursi tampak nyaman, dengan melepaskan lelah di kursi biru yang tidak terasa empuk. Penumpang lain ku perhatikan sibuk dengan barang elektroniknya, ada yang kepalanya manggut-manggut karena ngantuk yang tak bisa menempatkan diri, dan ku yakin ada yang merasa ditimang-timang dan akhirnya terlelap di sandaran teman sebangkunya, ada yang pandangannya lurus kedepan dan entah mikiran apa, ada juga yang lirik-lirik orang dipinggirnya dan banyak tingkah aneh orang-orang didalam bis damri. :D
Ketika ku lihat orang disampingku yang dapat nasib kurang baik, dan terpaksa berdiri. Aku melihat keresahan di muka mereka, tampak senang [karena telah mendapat tumpangan untuk pulang] namun tak nyaman. Pak kondektur mempersilahkan mereka yang berdiri untuk merapat kedepan, dan kulihat perempuan bertubuh subur dengan susah payah masuk ke sela-sela kursi dan dia pun berdiri, seperti sulit bernafas namun dia tampak sudah terbiasa.
Aku dan kawanku ingin pulang ketempat peristirahatan. Walaupun kita tidak pernah mengucapkan terima kasih kepadanya dan kadang mengoloknya dengan keadaan atau dengan penumpang yang selalu diterimanya walaupun dia sudah terlihat lelah. Namun dia tak pernah enggan menolak siapapun yang ingin dia antar.
Itulah sepenggal kisah dunia malam nenek tua Damri yang renta. Namun tetap setia, dan sayang pada cucunya alias penumpang agar mereka bisa pulang dan istirahat di rumah. Kadang kenyamanan tak kita dapatkan ketika menaikinya, namun sadar-tak sadar kita juga seharusnya berterima kasih, karena dengan harga yang tidak begitu mahal kita bisa sampai ke tempat tujuan. Mulai bersyukur pada hal-hal yang kecil, apa salahnya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)