Pernah ku ceritakan
padamu, bahwa saat hujan, aku selalu menunggumu dihalte. Menunggu jejakmu yang
mengantar payung menjemputku dengan sepatumu yang basah. Ya, tapi kau lagi-lagi
tak pernah datang. Hanya guntur dan petir yang kau hujamkan. Aku hanya tersenyum
dan itulah hujan.
Sehabis hujan, aku
berjalan bersama rintik gerimis. Mengingat hujan itu dan guntur yang kau lepas
dan sejuknya hujan yang mungkin juga kau yang mengantar. Aku hanya bercerita
pada gerimis. Ternyata gerimis mampu melipat luka ku. Sejuknya terasa lebih seimbang
saat rasa-rasa tak lagi mampu ku cerna.
Selepas hujan,
rumput-rumput tampak riang. Meraba-raba air hujan yang jatuh ke hidungnya.
Mawarpun nampak lebih merah. Ya, aku tak harus menunggumu hujan. Sepertinya kau
ada janji dengan yang lain disana. Di tempat yang aku inginkan untuk kita
berbincang. Tapi, itu tempatmu dan dia. Silakan saja, aku bersama gerimis saja.
:)
"Aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember" Efek Rumah Kaca
BalasHapus