http://rscj-indonesia.org/
"mencicipi
perdamaian" ya, kata itu yang terakhir kali diucapkan suster Jera di suatu
siang yang seperti tanpa kabut itu. Di ruangan berwarna kuning, dengan lampu
menyala kerlap-kerlip seperti anak kecil sedang bermain, diatas pohon cemara
kecil berwarna hijau. Serta beberapa buah kado yang berhasil membuat hati kami
berdebar-debar saat melihatnya.
Ini bukan sebuah
cerpen, atau apapun yang orang sebut sebagai sebuah cerita. Tapi ini benar
terjadi pada hari itu, hari kamis tanggal 28 Desember disebuah jalan Ambon
no.25. Disana ada sebuah biara yang dihuni oleh kurang lebih 12 orang wanita.
Atau mungkin kurang, ya ini masalah ingatan saja. Seperti saat lebaran, hari itu bau natal
masih tajam dan saatnya orang-orang saling berkunjung satu sama lain. Dan pada
kesempatan itu, kami datang kesana atas nama jurusan Perbandingan Agama.
Perdamaian adalah
cita-cita seluruh bangsa, berbagai organisasi, dan berbagai individu. Namun,
seringkali ketika melihat pertengkaran disuatu tempat, kata itu seolah hanya
sebuah hayalan dan gumam seorang yang sedang berimajinasi.
Tempat itu bernama
RSCJ (Religieuse du Sacre Coeur de Jesus)
atau lebih enak disebut dalam bahasa Indonesia Kongregasi Hati Kudus
Yesus. Entah apa kata yang tepat untuk menyebutkan kata tersebut. Tapi saya
lebih senang menyebutnya dengan nama biara.
RSCJ adalah salah
satu tarekat Kristen Katolik, mereka sudah hadir di beberapa wilayah di
Indonesia, di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan di Bandung. Seperti halnya
Islam, tarekat yang mereka jelaskan kepada kami siang itu, merupakan jalan
untuk mendapat Kasih Tuhan.
Biara adalah tempat
menampung orang-orang yang menyerahkan diri dan berjanji untuk mengabdikan diri kepada Tuhan, dan
mengikuti jejak kaki Tuhan. Ini ditempuh oleh perempuan disana dengan beberapa
jalan. Diantaranya untuk 3-6 bulan
pertama, mereka akan diminta suatu pernyataan siap atau tidaknya. Ketika siap,
maka pengajaran mereka akan dilanjutkan. Setelah itu, mereka akan diberi gelar
pra postulan untuk beberapa bulan. Sehingga akhirnya mereka akan menjadi
postulan.
Sambutan hangat dan
kue tart yang manis adalah kesan pertama yang sangat manis. Lagu-lagu bergema
di ruangan, serta tawa tak bisa kami sembunyikan. Hal itu juga tidak mengganggu
kekhusuan kami saat shalat di kapel salah satu ruangan tersebut.
Ini bukan perayaan
natal, ini sebuah pertemuan keluarga yang hangat. Ruangan tempat menyimpan
kado-kado itu menjadi akhir perjumpaan kami yang sangat hangat. Pesan kesan
berhamburan dari seluruh hati. Sebuah perdamaian yang sejati, dan menjadi
harapan bagi seluruh generasi. Ini hanya sedikit saja, dan mudah-mudahan bisa
menjadi awal bagi semuanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)