Surat 3 #Someday

  • 0
Rindu ini meradang.
Aku hujan yang sedang menunggu tempat ku berpijak. Jejakku selalu hilang terbawa tanjakkan. Akupun menjadi genang yang mendapat usir dari matahari menjemput nasib berupa kering dan meresap pada pori tanah. Aku selalu hilang-selalu hilang dalam apapun yang telah aku coba untuk menggenang. Begitupun saat ku coba menggenang dalam hidupmu.

Suatu hari, Tuhan membawa semburat matamu pada hari dimana aku sedang tidak sehat. Ketika ilalang-ilalangku mulai kering. Dan aku menatap senja disana, pada suatu hari itu dan senja sedang tak bersahabat, membelakangi ramah pada merah layung. Dan aku manja bersama sunyi. Hingga matamu datang tamah pada senjaku.
Ya, kau datang, dan mungkin Tuhan yang mengundang.

Bosan, sebenarnya aku bosan. Kertas, pensil, semesta juga mungkin bosan dengan segala yang aku limpahkan pada mereka tentang matamu itu. Tapi, aku tahu, aku belum mampu menemukan bahasa yang mungkin bisa mewakili segala rasa yang hadir dari matamu dan terasa kelu di dadaku. Ya, karena kamu bertahta denganNya.

Aku bukan penulis, tapi aku tak punya sahabat yang bisa menemaniku bercerita. Namun, bahasa menemaniku dengan hal berbeda. Bahasa-bahasa itu kupilih, kuambil dari keraton sana, yang pernah dipakai Ranggawarsita. Ada hal yang luarbiasa yang keluar dari matamu. Dari matahari yang kau sapa, dari hujan yang kau usap, dan dari senja yang kau tatap.

Tuhan, ku tahu kau ada pada dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)