Amba dan seribu cerita dari Buru

  • 0

Buru adalah salah satu kepulauan terbesar di Kepulauan Maluku. Pulau ini dikenal sebagai pulau pengasingan bagi para tahanan politik pada zaman pemerintahan Orde Baru - Soeharto (sumber:wikipedia).

Hingga banyak cerita tentang kehilangan, penderitaan, pelajaran hidup, penyesalan keluar dari pulau ini. Dari itupun beberapa novel lahir dari tangan-tangan orang yang perduli akan sejarah. Sejarah yang bisa jadi dimaksudkan agar orang-orang pada masa kini tidak mengulangi penderitaan yang pernah dirasakan oleh mereka. Atau dalam istilah "tidak tersandung pada batu yang sama".

Dari Buru, sastrawan Pramoedya Ananta Toer menerbitkan novelnya. Serta satu buku  tentang mimpi-mimpi besar para perawan remaja, harus dirampas dengan sebuah harapan palsu para militer Jepang, menjadikan mereka pelampiasan berahi para tentara militer. Dibalut dalam sebuah judul "Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer".

Novel Amba lahir dari tangan seorang perempuan bernama Laksmi Pamuntjak. Diterbitkan Gramedia pada tahun 2012.

Amba adalah nama seorang perempuan yang lahir dari lelaki yang berprofesi sebagai kepala sekolah dan mempelajari serat centhini.

Laksmi, menggambarkan sosok Amba sebagai seorang wanita menarik, dengan mata kucing dan kenari, bahu yang kokoh, leher panjang, tulang pipi yang tirus nan tajam serta mulut yang begitu feminim menggambarkan ketegasan, lentur, dan cerdas. Namun bagi Amba kecantikan ini bukan berupa jalan menuju kebahagiaan, namun sebaliknya adalah sebuah kutukan dan beban.  Jika pernah melihat film "7 dunia, 7 cinta, 7 wanita" mungkin kata ini akan dapat lebih difahami.

Amba tak pernah tahan terhadap perempuan yang mudah dirayu atau cepat tersanjung oleh omongan laki-laki. Sampai Amba berpesan kepada adiknya "perempuan jangan selalu merasa harus mengorbankan dirinya kepada laki-laki dengan gampang".

Waktu berlalu menjadi lalu, dan keadaan Amba yang tidak ingin menjadi manusia yang ditindas manusia lain. Terkalahkan oleh rasa cintanya terhadap seorang dokter yang ditemuinya di Kediri, Bhisma. Srikandi pun hadir dari buah cinta dan penghianatan.

"Amba tetap bersikeras hanya ingin menikah dengan Bhisma yang merupakan seorang  sakti mandraguna dan banyak yang bertekuk lutut padanya. Namun Bhisma tidak mau menerima cinta Amba karena dia hanya seorang wakil dalam sayembara untuk mendapatkan tiga dewi. Sehingga Amba di takut-takuti Bhisma dengan senjata sakti yang justru tidak sengaja membunuh Amba. Amba yang sedang sekarat dipeluk Bhisma sambil menyatakan bahwa sesungguhnya dirinya juga mencintai Amba. Sehingga roh Amba menetes pada Srikandi yang akan membunuh Bhisma dalam perang Bharatayuda" (Nanda M.H : Ensiklopedi Wayang). Inilah kisah wayang yang dibawa oleh Laksmi, dan Laksmi tidak membawanya begitu jauh dari cerita ini.

Kita akan dibawa ke masa 1956 pada zaman Orde Baru. Dimana di Jogja ada sebuah penyerbuan terhadap gerakan-gerakan yang dianggap mengancam. Penyerbuan itulah yang membuat Bhisma harus terpisah dengan Amba dan membawa Bhisma menjadi tahanan politik.

Kembali cerita harus dibawa ke pulau Buru. Tahun 1971 Bhisma dibawa ke pulau Buru. Kuatnya cinta yang melekat dan ketidak pastian yang didapatkan Amba akan cerita tentang Bhisma membuatnya harus berhari-hari mencari kekasihnya itu. Dan sepertinya hal itu juga merupakan panggilan, karena pencarian Amba tidaklah sia-sia, dia menemukan surat-surat yang ditimbun Bhisma di bawah pohon yang ditujukan kepadanya. Dan mengungkap segala kehidupan disana.

Indonesia, tidak pernah bisa lepas dari hal-hal mistik. Bhisma, dalam kehidupannya sebagai dokter di Buru, mendapat sebuah kekuatan dari seorang Banten. Kekuatan yang memberi Bhisma sebuah kesempatan yang tidak akan pernah diperoleh manusia biasa. Kekuatan yang memberinya kesempatan tidak bisa merasakan sakit, meskipun telah beberapa kali dihantam benda-benda yang memungkinkannya melepas nyawa. Ini menjauhkan Bhisma dari kematian. Namun dia berhak memilih kapan kehidupannya itu akah diakhiri.

Walaupun harus menerima kenyataan tidak pernah bertemu Bhisma kembali. Namun, ketidak pastian akan penantiannya dan kegelisahan Amba  terjawab di pulau Buru.

Membaca Amba adalah membaca lubuk hati dari sejarah. Cerita dari beberapa tokoh yang dikisahkan oleh seseorang merupakan ungkapan hati dari setiap orang yang telah menjadi pengisi sejarah. Yang kadang mungkin dilupakan, bahwa mereka yang tidak pernah diperlakukan baik dalam sejarah juga merupakan orang-orang yang tidak dapat lepas dari kesalahan yang pernah dilakukan para penguasa.

Selain itu, kisah dua insan juga selalu menjadi hal yang menarik dalam peradaban manusia. Hati yang terpaut pada seseorang kadang menjadikan sebuah cerita panjang perjalanan.  Dan tidak dapat diingkari, bisa dijadikan sebuah rujukan perjalanan hidup kita juga sebagai pembaca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)