Batu Api : Cahaya Dalam Kegelapan

  • 0
Buatku perjalanan selasa siang adalah perjalanan yang sangat menyenangkan. Entah apa yang membuatku enggan melepas percaya diri, pergi sendiri dengan yakin. Resah yang biasanya datang pun kini tak berkunjung mengetuk pintu dan menertawakanku.

Perjalanan yang membuat rasa percaya diriku muncul. Iya, memang setiap perjalanan selalu menghadirkan sejuta nuansa buatku. Ada yang tertulis, dan ada juga yang memang sulit kukeluarkan menjadi sebuah cerita. Sebab, sejuta kenang kadang datang, sehingga tak ada hari yang ingin ku lewati tanpa berkisah. ^_^

Sedari perjalanan tadi, aku sedang merasakan aku memang sendiri. Namun selalu tertancap di benakku bahwa Tuhan benar-benar bersamaku. Rama-ramai jalan aku rasakan sebagai tontonan yang mengasyikan. Sepi menyendiri bersama kesunyian, itu terasa lebih baik.
Bukan aku tak mampu mengajak kawan, kawanku banyak. Tapi kadang mereka lebih banyak membunuh keheningan itu. Memang, tidak bisa dikatakan tidak, aku butuh ramai. Tapi sesekali aku butuh pergantian dari itu.

Aku berjalan dengan yakin, setiap berjalan sendiri ataupun bersama teman, aku selalu merasa harus dilihat orang, dan mereka setidaknya tersenyum melihatku, bahkan berniat ingin menyapaku.. hahaha selalu seperti itu, dan hal itu yang selalu terasa membunuh kebersamaanku dengan hening. Aku ingin menumbuhkan pesan lain, rasa lain, yang berbeda dan tidak seperti biasanya.

Di Batu Api, aku disambut oleh suasana damai penuh pengetahuan. Ya, disana buku-buku tersusun rapih dan sempit. Serta suasana tempo dulu yang ditampilkan begitu membawa kedamaian dan keriuhan sebuah perdebatan batin penulis-penulis. Ia adalah sebuah perpustakaan yang berada di jalan nama penulis, Pramoedya Ananta Toer.

Seluruh bagian yang ada di perpustakaan itu sungguh mengajak bersahabat. Aku yang canggung pun diajaknya untuk santai. Mereka tak memberi jarak, mengajakku duduk berbincang, segala hal ia tawarkan untukku sentuh dan kubaca. Wajah mereka rupa-rupa, ada filsafat, roman, agama, cerpen, esai dll. Namun tetap, aura mereka bersahabat dan mengajak. Sampai akupun kewalahan menghadapi mereka. Ah, sungguh panjang jika harus ku ceritakan semua.

Perpustakaan yang berdiri sejak tahun 90-an itu memiliksi koleksi buku-buku antik yang memang jarang dimiliki oleh orang kebanyakan. Seperti buku yang kawanku cari sampai kemana-mana pun ternyata ketemunya disana juga. Tidak heran, karena Batu Api mengoleksi buku-buku sejak zaman reformasi.

Perpustakaan ini buka pada hari senin sampai hari sabtu, pukul 10.00-18.00. Tidak ada celah yang tidak diisi dengan buku pada tiap dinding. Buku yang tingginya mencapai langit-langit ruangan itu membuat kita tergiur ingin membaca seluruh buku yang ada disana.

Selain buku-buku antik, disana juga mengoleksi musik dan film-film. Film-film yang dikoleksi disana memang sepertinya film-film yang juga antik. Film dan lagu tersebut bisa didapat dengan harga 3 ribu rupiah saja. Dan kita bisa mendapatkan film yang memang tidak banyak dijual dipasaran dengan kualitas film yang keren abis.

Diluar ruangan buku itu ada sebuah meja dan beberapa kursi untuk santai atau membaca buku ditempat. Selain itu, disampingnya ada sebuah kafe kecil yang sepertinya memang sudah tidak dibuka lagi. Sangat sayang memang, padahal kalo kafe itu buka mungkin bisa menikmati buku dengan secangkir kopi akan lebih menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)