Damai menjadi cita-cita manusia seribu tahun yang lalu,
kini damai itu menjadi diri manusia. Mereka semua damai, dan cinta menjamah
diri mereka. Semua tersenyum, tak ada yang menangis.
****
3013 November,
Lanang duduk di beranda rumah, angin yang berembus
lembut. Begitupun ia melihat awan yang cerah dan damai. Simfoni Bethoven
mengalun dari laptop Lanang. Menelusup dalam sanubarinya seperti cinta tak akan
pernah pergi selamanya. Menyeruak ke dalam lamunan. Dan Tuhanpun sedang
tersenyum bersamanya, bersama malaikat berbaju putih yang menari-nari di
beranda rumah.
Minggu :
Di beranda rumah, lanang memikirkan kopi yang akan
menemani sorenya lebih hangat.
"Lanang, ibu buatkan kopi untukmu". Sejenak
ibunya membawa segelas kopi dan menyimpannya di meja.
"Iya bu, terimakasih". Dengan tangan yang
segera mengambil gelas hitam yang masih hangat. Senyumpun menghias pipinya yang
putih.
Senin:
Lanang berjalan seorang diri dari kampus, ia ingin Amba
datang menemani langkahnya.
"Hai Lanang, aku ikut jalan kaki yah". Sapa
Amba dari belakang lelaki berbaju putih itu.
Lanang pun tersenyum.
Selasa:
Lanang duduk membaca novel di bawah pohon Apel
depan kelas. Suara angin yang anggun, selalu ia dengar. Nyanyian merpati
menjadi pengiring santainya di bawah pohon apel itu. Tak terlewat juga,
apel-apel yang jatuh selalu mengisi perutnya setiap ia atau temannya berada
disana. Ada Tuhan kembali disana, dan malaikat yang sedang menari-nari.
Rabu:
Lanang kembali mengambil Laptopnya, ia membuka situs
berita.
"peristiwa penting terjadi di 2013, pemuda-pemuda
menggerakkan perdamaian.
"berita macam apa ini, memangnya pernah ada zaman
seperti ini, hahaha"
Kamis:
Lanang berjalan menyusuri jalan kota. Setiap orang saling
menyapa dengan senyuman yang tak lepas dari muka-muka mereka yang cerah. Cinta
telah merasuk kesetiap penjuru hati mereka.
Malaikat menari-nari, dan Tuhanpun tersenyum.
Jumat:
Damai....
Sabtu:
"kakek bosan nak, bosan" suara kakek di telepon
terasa aneh di pikiran Lanang. Bosan, kata yang baru ia kenal.
"Kek, bosan itu apa?"
"Sampai-sampai kalian tak kenal rasa bosan?
Keterlaluan." suara kakek Lanang meninggi.
"Apa maksud kakek aku tak paham?"
"Sudah lama tak ku cium air mata duka, ah sudah lama
Nak,.". Dan telepon pun ditutup.
***
Damai, tak ada janji yang tak ditepati. Tak ada kecewa,
tak ada selembar daun yang dikhianati. Tak ada manusia yang tertindas tak ada
cinta yang tak terbalas. Tak ada doa yang tak terwujud, tak ada dendam.
"Tuhan aku ingin perang." do'a lanang.
Dan hujanpun turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)