Media Merubah Arah Gengsi

  • 0
Aku sering menonton sinetron si Doel, yang dibuat tahun '90-an. Kemarin-kemarin di tayangkan ulan oleh RCTI, dan gambarnya ternyata masih bagus. Termasuk ceritanya, ia sangat kontras dengan cerita sinetron saat ini. Kesederhanaan dalamkehidupan keluarga Doel memang tampak sekali. Sosok budaya betawi tergambar jelas. Dan bagiku, sinetron yang satu ini masih sangat menarik daripada sinetron tahun 2014 ini. Sebab jelas, selain menunjukan konflik dari setiap individu, atribut syuting dapat pula memberika pengetahuan yang luas.

Stasiun televisi hari ini kadangkala memberikan contoh budaya baru yang kurang bisa dicerna olehku. Perempuan dengan dandanan cantik, namun saat menyanyi ia tidak menunjukkan kemampuannya sebagai penyanyi, lebih percaya diri dengan lipsinc. Tidak kutemukan lagi perempuan yang tangkas dengan kegagahan dan sisi cantiknya. Konon kabarnya, itu demi meninggikan rating. Dan rating itu urusannya dengan kapasitas tingginya perusahaan, bukan lagi berbicara adab dan pendidikan yang harusnya media miliki.

Kemudian perempuan kebanyakan lebih senang menampilkan sosok cantiknya, karena laki-laki hari ini lebih banyak melihat daripada berfikir. Begitupun perempuan, begitupun aku. Dan aku tidak pernah tahu kapan ini akan berakhir, siapa yang bisa merubah hal ini.

Sebagai perempuan berumur 22 tahun aku sangat butuh dengan tontonan yang mendidik. Buka hanya berita pembunuhan disana sini. Aku juga ingin tahu pertunjukan seni budaya seperti apa, apalagi untuk orang-orang desa yang akses untuk kesana seringkali tidak memungkinkan. 

Katanya sastra Indonesia mulai merosot. Kemana media mainstream berperan? Katanya teater Indonesia bagus, kemana saja media mainstream mengarahkan pemikiran? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi pengalaman dan fikiran untuk terus belajar... :)